16.6.10

cuap cuap status facebook saya 3)

Masa lalu menjadi romantika atau trauma, masa depan menjadi harapan atau ancaman, akan memengaruhi apakah masa kini kau bahagia atau menderita.

Karena kasih sayang itu anugerah Tuhan serupa hujan tak bermata, membasahi apa saja di wajah bumi: lembah landai hijau oleh rerumputan atau pun bukit terjal bebatuan. Dimangsa masa, kini, hijaumu tinggal sisa. Dan sebab anugerah kasih sayang, kekasih akan tetap di sisi.

Sebagaimana buah kerja mereka: kekayaan dan popularitas, buah hati mereka: putra dan putri, pun bahkan tak dapat menyelamatkan dan menyatukan tenunan cinta mereka yang terurai. Entah bagaimana mereka berdua merajutnya, dulu.

Sedang tak sepemahaman. Aku hendak kencan, Tuhan menghendaki hujan. Kompromi terus diusahakan agar terwujud saling pengertian.

Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Hujan. Terima kasih, kau tak menjadi pihak yang ketiga dalam kencan ini, Setan.

Jika perasaanmu berhasrat mencintai sosok lain, namun kau tetap bertahan di sisi kekasihmu, itu karena pikiranmu jernih.

Awan-awan bergerombol. Wajah mereka kelam, seram. O, Tuhan, jangan kautitipkan atau bahkan sekedar menceritakan meski sedikit amarahmu pada mereka. Aku takut, mereka salah paham, lalu dengan geram akan mengayun-ayunkan halilintar, menebar badai. Jika marah dan Kau tak mau menyimpan sendiri amarahmu, ceritakan saja pada hatiku. Jika mampu, akan kusimpan itu.

Selain dengan hati jernih, merenunglah dengan pikiran canggih. Agar tidak menjadi perenungan yang menyesatkan.

Dan, selain dengan pikiran canggih, berpikirlah dengan hati jernih. Agar tidak menjadi pemikiran yang meresahkan.

Baiklah, Gadis. Abaikan kata-kataku dan tatap dua mataku. Jika kata-kata rayuku tak membuatmu meluruh, mungkin mata sayuku akan membuatmu bersimpuh. [

Sebab Wanita, tak pernah sudah kata-kata. Karena Gadis, rayuan manis tak kunjung habis.

Aku jatuh tersandung pesonamu, luruh tersimpuh di serambi hatimu. Tolong, raih aku, papah aku, dampingi aku. Sandungan pesonamu dan benturan hatimu membuatku tak mampu kembali berdiri kecuali bersamamu.

Aku akan selalu berusia 20 tahun. Ada pun selanjutnya hanyalah tambahan-tambahan.

Jangan marah bila Tuhan tak menjawab doamu. Sebab, semudah menjawab, Ia juga mampu tak menjawab doa.

Sekali-kali, tengoklah catatan-catatan masa lalu. Pastilah kau akan mendapati catatan yang perlu kausunting.

Pesan untuk para penggombal: [1] Jika tak bisa menggombal dengan baik maka diam tak lebih buruk. [2] Jika menggombal dengan kata-kata terbaik pun selalu gagal, mungkin karena wajamu terlalu buruk.

Bertemu denganmu aku malu. Berpisah denganmu aku rindu. Bagaimana kalau kita menikah saja, mau?

Dalam Bahasa Jawa, seorang istri disebut “garwa”, akronim dari “sigaring nyawa” atawa “belahan jiwa”. Maka, jiwa lelaki belum sempurna hingga ia menemukan penyempurnanya; maka, lelaki yang mencampakkan kekasihnya adalah ia yang meruntuhkan kesempurnaan dirinya.
Di depan buku, semua kautanggalkan kecuali nalar, seperti saat di hadapan Tuhan, semua kautinggalkan selain hati.

Baiklah, Tuan! Seperti aku yang menikmati kemiskinan ini, sebaiknya kau menikmati kekayaan itu, sebelum kemiskinanku dan kekayaanmu menjadi kenangan.

Setelah itu, ia bertanya serius kepada kekasihnya, “Sekarang kau tinggal pilih: hartamu atau aku?” Si kekasih menjawab, “Aku pilih hartaku.” Ia pun lantas pergi dan hilang ditelan tikungan, meninggalkan si kekasih. Sendiri, berdiri di atas mata berkaca, si kekasih berkata dalam diam, “Andai saja kau tahu, kaulah harta itu.”

Jika ada dua tema yang sama, percayalah, pembaca akan memilih yang terajut dengan benang kata-kata indah, yang aliran kalimatnya membuaimu, mengantarkan matamu melanjutkan baca pada paragraf selanjutnya, selanjutnya, dan selanjutnya sampai pada titik penghabisan. Maka, tak ada alasan bagimu untuk sekadar tak meletakkan titik dan koma dengan benar. Buku adalah kota ilmu, kata adalah gerbang masuknya.

Beragama dengan ketajaman nalar dan kedalaman hati, secara riang gembira ria. Selain demikian, seperti apa lagi?!

Sabtu, saat aku begitu terpasung rindu.
PENGGOMBAL GAGAL, ia yang kata-katanya tak membuat target luruh. PENGGOMBAL SIAL, ia yang wajah buruknya membuat target tak sudi bersimpuh. PENGGOMBAL ANDAL, ia yang kata-katanya, atau wajahnya, atau kedua-duanya, membuat target luruh bersimpuh.

PERINGATAN: menggombal tak menyebabkan rambut gimbal.

Dalam sebuah mimpi diceritakan aku berkencan dengan seorang gadis. Setelah itu aku ditanya oleh temannya, ” Kamu serius menyukainya?”. Aku jawab, “Tentu saja.” Si teman kemudian memberi tahu, “Sudah empat lelaki yang naksir dan pernah mengajaknya kencan. Kamu yang kelima dan satu-satunya yang tak ditolaknya.”

Sampai akhirnya, dengan nada pasrah dan ancaman, ia berkata kepada istrinya, “Jika kau berniat meninggalkanku sebab aku tak lagi tampan dan kaya, ketahuilah, lelaki tampan dan kaya yang kau maui pun barangkali akan lebih memilih wanita yang masih menawan.”

“Kekasih, kau tahu, apa yang kuminta kepada Tuhan selepas sembayang tadi?”
“Tidak. Kau meminta apa?”
“Aku meminta agar Ia memanggilku lebih dulu sebelum engkau.”
“Hei, Sayang, kenapa kau berkata demikian?! Kau membuatku sedih.”
“Aku serius. Tak bisa kubayangkan bila kau yang dipanggil lebih dulu. Sebab, tak sedetik pun aku dapat hidup tanpamu.”

“Sebaiknya, nanti kau tak kirimi aku undangan pernikahanmu.”
“Iya, aku paham, Mas. Aku minta maaf. Sungguh, aku benar-benar minta maaf. Aku membuatmu kecewa … Aku benar-benar tak berdaya. Aku minta maa …”
“Sebentar, sebentar! Maaf, bukan karena soal itu. Aku sekarang sudah pindah kost. Dan, masih belum hapal alamat kost baruku itu. Khawatir saja undanganmu tidak sampai.”

Jika Anda berkata kepada kekasih Anda bahwa ia menawan dan rupawan–lalu ia senang–meski sesungguhnya kekasih Anda itu adalah seorang buruk rupa, maka, dengan sepenuh hati, saya menyarankan: lanjutkan kebohongan Anda!

Setiap kita adalah gembala dua serigala yang bersemayam dalam diri: serigala baik dan serigala jahat, yang setiap saat selalu bertempur dengan kejam. Serigala mana yang akan menjadi pemenang adalah ia yang selalu kauberi makan.

Membahagiakan orang lain itu seperti kau menyinari cermin di hadapan: sinarnya akan memantul, kembali kepada sumber sinar.

Kedermawanan bukanlah engkau memberi makan anjing lapar, melainkan saat kau mau berbagi makanan dengan anjing sementara kau sendiri lapar.

Seperti Muhammad yang merindu, Tuhan tuntaskan dengan Sabda. Seperti rasa yang merindu terbaca, kutautkan dengan kata: maukah kau menikah denganku, Kekasih? [13 Oktober 2009/17:38]

Tarikan napasnya rasa. Embusan napasnya kata. Mewujud puisi.

Amarah dan akibatnya acap kali lebih buruk daripada penyebabnya.

Karena gratis tak seperti merawat muka maka aku senang merawat kata. Kubiarkan jerawat menggawat asal tak parah, tapi takkan kubiarkan titik dan koma yang terletak salah.

[Dua orang berbincang-bincang]
“Eh, Bu, kautahu anakku, kan? Berkat pendidikan agama yang ketat, sekarang jadi ustadz yang dihormati. Setiap berpapasan dengannya, orang selalu cium tangan.”
“O, iya. Bagus, Jeung. Eh, tapi kautahu anakku yang macho tapi playboy itu kan? Sekarang jadi model, digemari banyak wanita. Setiap wanita yang melihatnya, selalu berujar, ‘O, Tuhan, betapa sedemikian sempurna ciptaan-Mu.’
Seperti ketulusan mentari pagi: memancar menebar senyum-sapa bahagia tanpa peduli apakah kau mau membalas senyum-sapanya atau sama sekali tidak. Yang ia tahu, berbagi bahagia itu membahagiakan.

Bagimu, Kekasih yang memercayaiku: jangan percaya pada kata-kata yang kupujikan untukmu. Bukan! Bukan karena kata-kataku terangkai dari huruf-huruf kebohongan, melainkan karena tak pernah sepenuhnya mampu menerjemahkan tentangmu. Bagimu, Kekasih yang memercayaiku: dekap rasaku; peluk hatiku.

0 komentar:

 


cuap cuap sikurangtidur - Templates Novo Blogger 2008